TAK PERNAH KU SANGKA AKU AKAN MENGHABISKAN MASA TUAKU SENDIRIAN. Renungan senja seorang mantan PMI yang pernah bekerja di Malaysia. Dia yang pernah menjadi korban human traficking, dan hampir kehilangan nyawa di ujung senapan seorang mandor perkebunan kelapa sawit. Edisi sebelumnya ... Kami harus mendekam di tahanan karena di anggap melangar undang-undang imigrasi. Selain di anggap memalsukan data, kami juga bekerja secara ilegal tanpa ada dokumen resmi. Yang sebenarnya kami adalah korban dari para sponsor atau calo yang memperjual belikan kami layaknya barang. Ya. Kami adalah korban human traficking, kami adalah korban dari jaringan perdagangan orang. Setelah melewati waktu beberapa bulan kami di dalam tahanan akhirnya kami di keluarkan untuk kemudian di deportasi. Kami di bawa ke pelabuhan dan di seberangkan dengan perahu kecil dengan tangan terborgol satu sama lain. Entah bagaimana nasib kami andai saja ada kecelakaan atau perahu itu terbalik. Tapi begitulah kenyataannya, kami d
TAK PERNAH KU SANGKA AKU AKAN MENGHABISKAN MASA TUAKU SENDIRIAN Renungan senja seorang mantan PMI yang pernah bekerja di Malaysia. Diaa yang pernah menjadi korban human traficking, dan hampir kehulangan nyawa di ujung senapan seorang mandor perkebunan kelapa sawit. Edisi sebelumnya... Kami berlari berhamburan, berari sejauh-jauhnya menuju ke tegah hutan yang kami rasa lebih aman dari jangkauan pasukan aparat kepolisian. Semalaman kami tidak bisa tidur, suasana sangat gelap dabn menakutkan. Kami hanya bisa saling bicara untuk memastikaan bahwa kami masih bersama dan berada di tempat yang berdekatan. Setelah pagi tiba, kami pun mencari jalan pulang menuju mess. Itulah hari pertama kami menjalani hidup dan bekerja seperti buronan. Kami menjalani hari-hari yang sama, bekerja dari pagi hingga sore hari, lalu menyiaapkan bekal makanan seadanya untuk kami bawa bersembunyi di hutan di malam hari. Lalu kembali ke mess di pagi hari sebelum mulai bekerja. Hari demi hari kami lalui, bekerja denga